Bagi Wawasan

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Selasa, 08 November 2016

Cara Dasar Bermain Rebana


Cara Dasar


 1. Punya Rebana

Cara dasar belajar rebana yang pertama adalah dengan memiliki rebana sendiri. Seperti alat musik yang lainnya jika kita ingin bisa cepat mahir dalam memainkannya alangkah baiknya jika kita memiliki alat musik tersebut, begitu pula dengan rebana. Hal ini dimaksudkan agar kita sering bertemu dengan rebana dan langsung memaikannya. Sering kita memainkan rebana akan cepat pula kita menjadi luwes dan terampil memainkannya. Belilah rebana second terlebih dahulu yang masih dalam kondisi baik dan dapat dipakai, tetapi jika ada budget untuk membeli yang baru, segeralah untuk membelinya.

2. Belajar Pukulan Dasar

Berbunyi "Tak(T)"
Berbunyi "Dung(D)"

Patern dasar hadroh nikahan
    Awalan : DT DDD / TDT DDD (dipukul berkali-kali mengikuti lagunya)
    Naikan  : TD TTTT TTTD DDDD DDDD
    Naik     : TTT.D.TTTD (dipukul berulang ketika reff)
    Jeda     : T.T.T. TTTT
    Tutup   : DD TTT. D. TTTD


Patern dasar hadroh anakan
    Awalan : D. T DDDT / TDTT DDDT (dipukul berulang-ulang mengikuti lagunya)
    Naikan  : TDTT TTTT TDDD DDDD DDTT
    Naik     : TTDT TTDT (berulang menurut lagu)
    Jeda     : T. TTTT TTTT
    Tutup   : TDDT TTDT TD


Sumber dari http://musikanan.blogspot.co.id/2016/02/cara-dasar-belajar-rebana.html

Dasar Rebana

 Dasar Bermain Rebana

Rebana adalah alat musik yang cara memainkannya dengan cara dipukul menggunakan tangan maupun jari jemari tangan. Kemudian pengertian lain dari rebana adalah sejenis gendang/kendang yang berbentuk bundar dan pipih yang menjadi ciri khas alat musik melayu. Pada umunya rebana digunakan untuk mengiri musik seperti musik kosidah dan hadroh. Rebana juga termasuk dalam keluarga perkusi karena cara memainkannya dipukul seperti perkusi-perkusi lainnya. Rebana juga tergolong jenis alat musik tradisional karena keberadaannya yang sudah sangat lama. Rebana digunakan oleh kelompok hadroh dan kasidah kadang pada acara adat misalnya acara syukuran pernikahan atau peresmian tempat-tempat yang berkaitan dengan religi.

Untuk belajar bermain rebana bukanlah hal yang sulit yang penting ada kemauan yang keras untuk belajar. Belajar rebana pada prinsipnya sama seperti belajar seperti alat-alat musik yang tergolong perkusi seperti kendang, jimbe dan sebagainya. Di sini difokuskan terhadap pukulan tangan atau jari jemari tangan. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk bisa bermain rebana misal belajar dari seseorang yang mahir bermain rebana atau belajar secara otodidak melalui buku belajar musik ataupun melalui internet. Dalam artikel kali ini kami akan memaparkan beberapa cara dasar belajar rebana untuk semua pembaca. Mari kita simak bersama-sama..

Sumber dari http://musikanan.blogspot.co.id/2016/02/cara-dasar-belajar-rebana.html

Asal Mula Sejarah Hadroh

 Sejarah'e

 

Hadhroh pertama kali di perkenalkan oleh seorang tokoh tasawuf yang sampai sekarang karya – karyanya masih di perbincangkan oleh pakar – pakar serta sarjana – sarjana di dunia timur maupun barat, beliau adalah Jalaluddin Rumi Muhammad bin Muhammad al-Balkhi al-Qunuwi. Adapun panggilan Rumi karena sebagian besar hidupnya dihabiskan di Konya (kini Turki), yang dahulu dikenal sebagai daerah Rum (Roma). Lahir di Balkh, Afghanistan pada 604 H atau 30 September 1207, Fariduddin Attar, seorang tokoh sufi, ketika berjumpa dengan Rumi yang baru berusia 5 tahun pernah meramalkan bahwa si kecil itu kelak akan menjadi tokoh spiritual besar. Sejarah kemudian mencatat, ramalan Fariduddin itu tidak meleset. Ayahnya, Bahauddin Walad Muhammad bin Husein, adalah seorang ulama besar bermadzhab Hanafi. Dan karena kharisma dan tingginya penguasaan ilmu agamanya, ia digelari Sulthanul Ulama (raja ulama). Namun rupanya gelar itu menimbulkan rasa iri pada sebagian ulama lain. Dan merekapun melancarkan fitnah dan mengadukan Bahauddin ke penguasa. Celakanya sang penguasa terpengaruh hingga Bahauddin harus meninggalkan Balkh, termasuk keluarganya. Ketika itu Rumi baru beruisa lima tahun.Sejak itu Bahauddin bersama keluarganya hidup berpindah- pindah dari suatu negara ke negara lain.
 

Mereka pernah tinggal di Sinabur (Iran timur laut). Dari Sinabur pindah ke Baghdad, Makkah, Malattya (Turki), Laranda (Iran tenggara) dan terakhir menetap di Konya, Turki. Raja Konya Alauddin Kaiqubad, mengangkat ayah Rumi sebagai penasihatnya, dan juga mengangkatnya sebagai pimpinan sebuah perguruan agama yang didirikan di ibukota tersebut. Di kota ini pula ayah Rumi wafat ketika Rumi berusia 24 tahun. Di samping kepada ayahnya, Rumi juga berguru kepada Burhanuddin Muhaqqiq at-Turmudzi, sahabat dan pengganti ayahnya memimpin perguruan. Rumi juga menimba ilmu di Syam (Suriah) atas saran gurunya itu. Ia baru kembali ke Konya pada 634 H, dan ikut mengajar pada perguruan tersebut. Setelah Burhanuddin wafat, Rumi menggantikannya sebagai guru di Konya. Dengan pengetahuan agamanya yang luas, di samping sebagai guru, ia juga menjadi da’i dan ahli hukum Islam. Ketika itu di Konya banyak tokoh ulama berkumpul. Tak heran jika Konya kemudian menjadi pusat ilmu dan tempat berkumpul para ulama dari berbagai penjuru dunia. Kesufian dan kepenyairan Rumi dimulai ketika ia sudah berumur cukup tua, 48 tahun. Sebelumnya, Rumi adalah seorang ulama yang memimpin sebuah madrasah yang mempunyai murid sebanyak 4.000 orang. Sebagaimana layaknya seorang ulama, ia juga memberi fatwa dan menjadi tumpuan ummat untuk bertanya dan mengadu. Kehidupannya itu berubah seratus delapan puluh derajat ketika ia berjumpa dengan seorang sufi pengelana, Syamsuddin/Syamsi Tabriz. Suatu saat, seperti biasanya Rumi mengajar di hadapan khalayak dan banyak yang menanyakan sesuatu kepadanya. Tiba- tiba seorang lelaki asing—yakni Syamsi Tabriz—ikut bertanya, “Apa yang dimaksud dengan riyadhah dan ilmu?” Mendengar pertanyaan seperti itu Rumi terkesima. Kiranya pertanyaan itu jitu dan tepat pada sasarannya. Ia tidak mampu menjawab. Berikutnya, Rumi berkenalan dengan Tabriz. Setelah bergaul beberapa saat, ia mulai kagum kepada Tabriz yang ternyata seorang sufi. Ia berbincang-bincang dan berdebat tentang berbagai hal dengan Tabriz. Mereka betah tinggal di dalam kamar hingga berhari-hari. Sultan walad, putera Rumi, mengomentari perilaku ayahnya itu, 

“Sesungguhnya, seorang guru besar tiba-tiba menjadi seorang murid kecil. Setiap hari sang guru besar harus menimba ilmu darinya, meski sebenarnya beliau cukup alim dan zuhud. Tetapi itulah kenyataannya. Dalam diri Tabriz, guru besar itu melihat kandungan ilmu yang tiada taranya. ”Rumi benar-benar tunduk kepada guru barunya itu. Di matanya, Tabriz benar-benar sempurna. Cuma celakanya, Rumi kemudian lalai dengan tugas mengajarnya. Akibatnya banyak muridnya yang protes. Mereka menuduh orang asing itulah biang keladinya. Karena takut terjadi fitnah dan takut atas keselamatan dirinya, Tabriz lantas secara diam-diam meninggalkan Konya. Bak remaja ditinggalkan kekasihnya, saking cintanya kepada gurunya itu, kepergian Tabriz itu menjadikan Rumi dirundung duka. Rumi benar-benar berduka. Ia hanya mengurung diri di dalam rumah dan juga tidak bersedia mengajar. Tabriz yang mendengar kabar ini, lantas berkirim surat dan menegur Rumi. Karena merasakan menemukan gurunya kembali, gairah Rumi bangkit kembali. Dan ia mulai mengajar lagi. Beberapa saat kemudian ia mengutus putranya, Sultan walad untuk mencari Tabriz di Damaskus. Lewat putranya tadi, Rumi ingin menyampaikan penyesalan dan permintaan maaf atas tindakan murid-muridnya itu dan menjamin keselamatan gurunya bila berkenan kembali ke Konya. Demi mengabulkan permintaan Rumi itu, Tabriz kembali ke Konya. Dan mulailah Rumi berasyik-asyik kembali dengan Tabriz. Lambat-laun rupanya para muridnya merasakan diabaikan kembali, dan mereka mulai menampakkan perasaan tidak senang kepada Tabriz. Lagi-lagi sufi pengelana itu, secara diam-diam meninggalkan Rumi, lantaran takut terjadi fitnah. Kendati Rumi ikut mencari hingga ke Damaskus, Tabriz tidak kembali lagi. Rumi telah menjadi sufi, berkat pergaulannya dengan Tabriz. Kesedihannya berpisah dan kerinduannya untuk berjumpa lagi dengan gurunya itu telah ikut berperan mengembangkan emosinya, sehingga ia menjadi penyair yang sulit ditandingi. Guna mengenang dan menyanjung gurunya itu, ia tulis syair- syair, yang himpunannya kemudian dikenal dengan nama Divan-i Syams-i Tabriz. Ia bukukan pula wejangan-wejangan gurunya, dan buku itu dikenal dengan nama Maqalat-i Syams Tabriz. Rumi kemudian mendapat sahabat dan sumber inspirasi baru, Syekh Hisamuddin Hasan bin Muhammad. Atas dorongan sahabatnya itu, ia berhasil selama 15 tahun terakhir masa hidupnya menghasilkan himpunan syair yang besar dan mengagumkan .

Sumber dari http://jualrebana.com/blog/asal-mula-sejarah-hadroh/

Rebana Mangkuk

Rebana Mangkuk juga termasuk dalam jenis gendang yang hanya memiliki satu membran tempat untuk dipukul. Bingkainya dibuat dari mangkuk yang digunakan untuk mengumpul susu getah. biasanya mangkuk-mangkuk tersebut dibuat dari tanah Hat. Pada permukaannya ditutup dengan beberapa lapisan getah sebagai bahan bunyi menggunakan kaedah siratan rotan dan bahan pelekat. Untuk menegangkan lapisan getah itu tadi, dua keping berbaji kayu dimasukkan secara bertentangan pada bahagian bawah alat berkenaan kemudian diketatkan. Berbaji kayu ini adalah berfungsi sebagai alat tala kepada rebana berkenaan seperti juga yang digunakan untuk alat rebana yang lain seperti Rebana Ubi dan sebagainya. Rebana Mangkuk digunakan untuk memainkan lagu-lagu seperti dalam repertoire Rebana Ubi untuk musik hiburan bagi komunitas setempat. Rebana ini dipukul dengan sebatang kayu khusus yang ditutupi dengan getah. Rebana Mangkuk dianggap sebagai alat musik eksperimental yang masukkan ke dalam kategoti rebana tradisional yang lain.

Sumber dari  http://suog.co/sejarah-singkat-asal-usul-alat-musik-rebana.html

Jenis Rebana Besar

Rebana Besar

  

Rebana Besar adalah rebana satu muka yang terbesar yang pernah ada dalam musik masyarakat Melayu. Kayu atau potted type dibuat dari kayu yang keras seperti  merbau  (sympetelandra)  Permukaannya yang berukuran dalam 80 cm – 100 cm pada garis lintang, diregangkan dengan kulit kerbau yang berfungsi untuk menimbulkan suara, disebut juga sounding body. Rotan yang dibelah dua digunakan sebagai bahan akustik utama bagi proses penegangan kulit dan diperkokoh dengan kayu-kayu yang juga berfungsi sebagai alat penyeimbang nada. Lukisan yang bermotifkan alam seperti bunga-bungaan diwarnai dengan berbagai warna sebagai simbol serta kehalusan estetikanya. 

Dalam konteks persembahan (pertunjukan), rebana dipukul secara langsung dengan tangan pemain tanpa menggunakan alat pemukul, untuk mengiringi nyanyian zikir, yang bertemakan pesan-pesan agama dan juga pesan-pesan sosial budaya. Nyanyian zikir Rebana Besar disampaikan secara chorus, dengan paduan suara oleh pemain rebana yang biasanya beranggotakan tiga orang pemain dalam setiap kelompok. Persembahan Rebana Besar sering diadakan untuk memeriahkan pesta perkawinan dan juga menyambut hari besar bagi masyarakat di Kelantan, Malaysia. Namun begitu, di negeri Kelantan terdapat juga sejenis musik rakyat yang menggunakan peralatan musik Rebana Besar. Istilah ini disebut Rebana Ubi. Secara fisik rebana ubi mempunyai bentuk yang sama seperti rebana besar, tetapi berukuran lebih kecil dan menggunakan bahan akustik yang sama dalam proses pembuatannya dengan pembuatan rebana besar. Bingkai gendangnya mempunyai lubang yang berbentuk seperti pasu. Tetapi permukaan besarnya telah ditutup dengan kulit lembu sebagai membrannya atau bahan bunyi. Dalam konteks persembahan (pertunjukan), rebana ubi dipukul dengan tangan ataupun alat pemukul yang disampul dengan bahan lembut seperti tali, getah dan sebagainya. Persembahan rebana ubi diadakan untuk memeriahkan pesta perkawinan atau pertandingan. Dalam acara pertandingan misalnya mereka akan memainkan lagu-lagu yang diinspirasikan oleh repertoir musik Wayang Kulit Kelantan serta lagu-lagu wajib yang lain seperti lagu Masuk Bangsal dan sebagainya. Setiap kelompok beranggotakan enam orang pemain dan tiga buah rebana.

Sumber dari http://suog.co/sejarah-singkat-asal-usul-alat-musik-rebana.html

Sejarah singkat asal usul alat musik rebana

Asal-Usul Rebana



Rebana adalah sejenis gendang satu muka yang digunakan untuk mengiringi tarian dan nyanyian rakyat, disebut juga  Adai-Adai oleh masyarakat Melayu berketurunan Brunei di daerah Papar, Beaufort  dan Sipitang. Rebana dipukul dengan satu tangan seperti juga teknik yang digunakan untuk rebana yang terdapat dalam  ensemble musik sinkretik yang lain. Pukulan rebana serta nyanyian Adai-Adai diadakan untuk merayakan pesta atau menyambut tamu kehormatan. Bagi suku-bangsa Bajau, terdapat juga sejenis rebana (gendang panjang) yang mempunyai satu muka. Gendang itu diposisikan tegak di atas lantai dan dipukul dengan tangan. Gendang ini biasanya digunakan dalam kesenian musik Bertitik untuk memainkan pola pukulan seperti irama Kedidi, Ayas dan Tidong.

Di kalangan masyarakat Brunei terdapat juga sejenis gendang kecil yang disebut gendang labik dan dombak, yaitu sejenis gendang satu muka. Sedangkan bagi masyarakat Brunei yang berdomisili di Sabah, gendang rebana sering juga disebut rempana.

Bentuk alat musik rebana
Rebana merupakan gendang yang berbentuk bundar dan pipih dan terbuat dari bingkai berbentuk lingkaran dari kayu yang dibubut. Salah satu sisi berlapis kulit kambing yang pada bagian inilah yang akan ditepuk. Kesenian di Malaysia, Brunei, Indonesia dan Singapura yang sering memakai rebana adalah musik irama padang pasir, misalnya, gambus, kasidah dan hadroh.

Di Negara Malaysia terdapat juga rebana besar yang diberi nama Rebana Ubi yang biasa dimainkan pada hari-hari raya untuk mempertandingkan bunyi dan irama.Di daerah Asia selatan meliputi Pakistan, India, Bangladesh, Maladewa dan sekitarnya seni rebana juga sangat ramai digunakan. Namun latar belakang sejarah, varian alat musik dan senandungnya sedikit banyak juga berbeda.

Sumber dari http://suog.co/sejarah-singkat-asal-usul-alat-musik-rebana.html

Minggu, 06 November 2016

Sejarah Alat Rebana

Rebana

 

Rebana lebih sering kita jumpai sebagai salah satu alat musik pengiring alunan syair-syair shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Alat musik ini  umumnya terbuat dari kulit kambing dengan bahan baku umumnya kayu nangka ini punya sejarah yang amat panjang.


Di abad ke-6, masyarakat Anshor Madinah menggunakan rebana sebagai musik pengiring penyambutan kedatangan Baginda Nabi Muhammad SAW yang hijrah dari kota Makkah. Yang pada waktu itu mereka menyambut dengan qasidah “Thaala’al Badru” yang sampai saat ini juga sering di pakai jika penyambutan terhadap seseorang.Di dalam konteks dakwah, rebana di gunakan alat dakwah ampuh melalui bidang kesenian oleh ulama’ penyebar islam terdahulu untuk merangkul masyarakaat Indonesia yang kebanyakan menyukai kesenian musik, di mana di dalam kesenian rebana tersebut berisi syair-syair memuji Rasulullah SAW dan nasehat/pesan agama,sekitar abad 13 Hijriah, seorang ulama besar dari Hadhramaut Yaman, beliau datang ke Indonesia dalam misi berdakwah menyebarkan agama Islam. Dalam dakwahnya beliau membawa semacam kesenian dari arab berupa qasidah yang juga di iringi alat musik rebana. Beliau yang juga pengarang kitab mauild “Shimthud Duror” yang berisi kisah perjalanan Rasulullah SAW yang sering kita baca selama ini. Sampai akhirnya majelis sholawat beliau berkembang di kalangan masyarakat sekitar.Dengan berjalanya waktu, majelis tersebut berkembang hingga ke seluruh Kalimantan,sumatra dan jawa, bahkan hampir di seluruh wilayah di Indonesia ini terdapat majelis Sholawat yang pada pembacaan qasidah biasanya di iringi dengan rebana


Di kota besar hingga desa pelosok tidak sulit rasanya untuk menemukan tradisi kesenian yang juga peninggalan “‘Wali Songo” ini, Sampai saat ini kesenian rebana telah akrab dengan masyarakat pecinta Shalawat dan Maulid Nabi Muhammad SAW, dan bahkan menjadi alat music yang tidak pernah di tinggalkan dalam pengiringan pembacaan Sholawat dan Maulid Nabi Muhammad SAW.


sumber dari http://sentrafurniturejepara.com/sejarah-rebana/