Bagi Wawasan

Sabtu, 26 November 2016

Sejarah Rebana Indonesia Di KALIWADAS



 Rebana, Genjring, Terbang, Kencer, Duffuf bahasa Arab atau dalam bahasa Inggris disebut Tambourine adalah alat musik tepuk, pukul, perkusis, Islamis, serta masuk pada kategori membranophoni. Rebana dibuat dengan menggunakan papan kayu khusus dan pilihan. Kemudian dibulatkan dan dilobangi dengan menggunakan mesin bubut bertenaga listrik, didesain khusus agar menghasilkan suara serta memiliki penampilan yang khas sebagai salah satu instrumen musik. Setelah proses pengeringan, penghalusan dan pengecatan bodi rebana [ kluwung ], maka pada sisi sebelahnya kemudian dipasang kulit kambing yang sudah disamak putih. Dengan keterampilan, keahlian, keuletan serta kesabaran dalam penggarapannya, maka akan menghasilkan salah satu karya seni Islami dalam bentuk rebana berkualitas. Instrumen Rebana yang bagus adalah yang bersuara jernih, tidak fals. Dan tentu saja, yang berpenampilan kilap serta esklusif. 

Karena rebana adalah termasuk jenis seni kerajinan seperti halnya seni kerajinan lain yang semestinya dibuat secara halus, eklusif dan dengan jiwa seni pula. Asal-usul Rebana Eksistensi rebana Kaliwadas-rebana Bumiayu, Jawa Tengah, bermula dari keuletan bapak Madali (alm.) dan bapak Toip ( ayah kami ) dalam membuat alat musik Islami ini pada era 1940-an. Saat itu pembuatan rebana bisa dibilang masih terbatas dan hanya sebagai pengisi waktu luang, disela-sela kesibukan mereka bertani. Pembeli dan penikmat suaranya yang khas pun masih sebatas orang-orang berusia tua dan di daerah terdekat saja. Jenisnya saat itu hanya ada dua macam, yakni Rebana Syrakal [ Diba ] dengan diameter 36-39 cm dan Jawa Klasik [ Terbang Jawa ] yang terbuat dari Glugu atau kayu Kelapa. Pembuatan bodi Rebana dan Jawa saat itu masih menggunakan cara manual, yakni dengan menggunakan Tatah ( pisau khusus ) untuk mendesain dan melobangi kayunya. Itupun masih bekerja sama dengan seseorang yang berasal dari daerah Jatilawang, Banyumas. Baru pada era 70-an orang tua kami mulai merancang pembuatan bodi Rebana dengan menggunakan mesin bubut bertenaga kaki [digenjot], agar as yang telah dipasangi bulatan kayu Rebana bisa berputar. Market Rebana Masih pada tahun 1970-an, seorang pengusaha dari Tasikmalaya bernama H. Sulaeman (alm.) yang sudah lebih dulu membuka toko pernik-pernik dari kerang laut di jalan pasar Ikan Jakarta, datang berkunjung. Beliau menyaksikan keuletan dan kerajinan ayah kami yang notabene pembantu bapak Madali dalam membuat Rebana, sehingga kemudian mengajaknya bekerja sama dengan membuka usaha sendiri serta memberinya modal gratis ! Nah, kemudian, dari toko rebana di Jakarta inilah akhirnya lambat laun Rebana Kaliwadas yang notabene produk Toip mulai dikenal luas, sehingga lahirlah Sentra Rebana Kaliwadas. Disusul kemudian dua toko di sebelahnya bersiap menampung alat musik yang lebih dikhususkan sebagai pengiring shalawat ini. Apalagi sekarang televisi nasional Indosiar tengah ikut andil dalam mengenalkan band islami ini, khususnya pada salah satu jam tayangnya " Lomba Rebana Qasidah ". Sehingga pangsa pasar alat musik rebana kian luas dan mantap. Booming Rebana Puncak kejayaan Rebana berlangsung pada tahun 1999 hingga sekarang. Saat itu saya baru satu tahun mendirikan home industry Suara Tunggal Bahana. Jenis produksinya pun lebih banyak dan bervariasi. Ada Rebana Hadrah, Qasidah, Marawis, Bass, Jawa Modern [Rebana MAPSI], dan lain-lain. Jenis alat musik lain pun menjadi garapan kami selanjutnya, seperti : Gendang, Mimbar, Bedug Mushalla dan Mesjid, Marching Band, dan lain-lain. Kini, Produk Suara Tunggal Bahana dengan label Solichin Toip alhamdulillah telah dikenal luas dan diakui kualitasnya. Sehingga televisi nasional Trans7 berkenan memilih dan mengangkat profil kami dalam acara Laptop Si Unyil pada 21 April 2010 yang lalu. Dan pada Ramadhan 1431 H. yang lalu juga televisi lokal RCTV Cirebon telah bekerja sama dengan kami dalam mengadakan lomba Kontes Genjring Ramadhan 2. Kini, pula, karena terkenal dengan kualitasnya dan banyak dicari pecinta rebana dan pecinta shalawat, maka tidak sedikit beredar produk Solichin Toip aspal alias asli tapi palsu. Bahkan tak sedikit oknum yang mengaku-aku sebagai Solichin Toip untuk meyakinkan calon pembelinya ! Salam shalawat !

Sumber: http://www.solichin-toip.com/p/sejarah-rebana-kaliwadas-bumiayu.html
Konten adalah milik dan hak cipta www.solichin-toip.com

0 komentar: