Bagi Wawasan

Sabtu, 26 November 2016

Unsur Keislaman Dibalik Permainan Alat Musik Rebana



ALAM PEDIA – Rebana adalah gendang yang berbentuk bulat dan pipih. Bingkainya berbentuk lingkaran dari kayu yang dibubut, dengan salah satu sisi untuk ditepuk berlapis kulit kambing. Kesenian di Malaysia, Brunei, Indonesia dan Singapura-lah yang sering memakai Rebana sebagai pengiring musik irama padang pasir, misalnya, Gambus, Kasidah, Zapin Melayu dan Hadroh. Bagi masyarakat Melayu di negeri Pahang, permainan Rebana sangat populer, terutama di kalangan penduduk di sekitar Sungai Pahang. Tepukan rebana mengiringi lagu-lagu tradisional seperti Indong-Indong, Burung Kenek-Kenek, dan Pelanduk-Pelanduk. Di Malaysia, selain Rebana berukuran biasa, terdapat juga Rebana besar yang diberi nama Rebana Ubi, yang dimainkannya pada hari-hari raya untuk mempertandingkan bunyi dan iramanya. Di Indonesia, alat musik Rebana berkembang menjadi banyak jenis. Biasanya merupakan ciri khas dari kultur budaya daerah tertentu. Jenis alat Rebana yang paling umum diantaranya, Rebana Banjar, Rebana Biang, Jidor, Kompang, Marawis, Samroh, Hadroh dan lainnya. Selain di Asia tenggara, di daerah Asia Selatan meliputi Pakistan, India, Bangladesh, Maladewa dan sekitarnya, seni Rebana ini juga sangat ramai disana. Dalam proses pembuatannya, alat musik ini dibuat dengan menggunakan papan kayu khusus dan pilihan. Kemudian dibulatkan dan dilubangi menggunakan mesin bubut bertenaga listrik, didesain khusus agar menghasilkan suara yang khas. Setelah proses pengeringan, penghalusan, dan pengecatan bodi Rebana, kemudian pada sisi sebelahnya dipasang kulit kambing yang sudah disamak putih. Dengan keterampilan, keahlian serta kesabaran dalam penggarapannya, maka akan menghasilkan salah satu karya seni Islami dalam bentuk Rebana berkualitas. Instrumen Rebana yang bagus adalah yang bersuara jernih dan tentu saja yang berpenampilan eksklusif. Karena Rebana adalah termasuk seni kerajinan seperti halnya seni kerajinan lain yang semestinya dibuat secara halus, ekslusif dan dengan jiwa seni pula. Rebana juga dikenal sebagai salah satu instrumen khas pengiring alunan musik atau syair-syair Arab. Alat musik yang terbuat dari kulit kambing yang dikeringkan ini punya sejarah yang amat panjang. Pada abad ke-6, masyarakat Madinah telah menggunakan Rebana sebagai musik pengiring dalam acara penyambutan atas kedatangan Baginda Nabi Muhammad SAW yang hijrah dari Mekkah. Kala itu masyarakat menyambut kedatangannya dengan qasidah Thaala’al Badru yang diiringi dengan Rebana. Ini merupakan ungkapan kebahagiaan atas kehadiran seorang Rasul. Rebana pun menjadi salah satu sarana dakwah bagi para penyebar Islam melalui lantunan syair-syair indah (yang diiringi Rebana) yang berisi pesan-pesan agama Islam. Sekitar abad 13 Hijriah, seorang ulama besar dari Yaman, Habib Ali bin Muhammad bin Husain al-Habsyi datang ke Indonesia dalam misi berdakwah menyebarkan agama Islam. Ia membawa sebuah kesenian Arab berupa pembacaan qasidah yang diiringi Rebana. Ia pun mendirikan majelis shalawat dan pujian-pujian kepada Rasulullah SAW. Majelis itu menyebar ke seluruh penjuru daerah, terutama Kalimantan dan Jawa.

 Habib Ali bin Muhammad bin Husain Al-Habsyi juga mengarang sebuah buku yang berjudul “Simthu Al-Durar” yang memuat kisah perjalanan hidup Rasulullah SAW. Di dalamnya juga terdapat bacaan shalawat-shalawat, dan karenanya kitab itulah yang sering kali dibaca dan diiringi dengan alat musik Rebana saat memperingati acara Maulid Nabi. Hingga kini, kesenian ini pun sudah sangat akrab, khususnya bagi para pecinta sholawat dan Maulid Nabi SAW sebagai sebuah eksistensi seni budaya Islam. Asal usul Rebana di Indonesia ini bermula dari keuletan bapak Madali dan bapak Toip dalam membuat alat musik Islami ini pada era 1940-an. Saat itu pembuatan Rebana bisa dibilang masih terbatas dan hanya sebagai pengisi waktu luang, disela-sela kesibukan mereka bertani. Pembeli dan penikmat suaranya yang khas pun masih sebatas orang-orang berusia tua dan di daerah terdekat saja. Jenisnya saat itu hanya ada dua macam, yakni Rebana Diba dengan diameter 36-39 cm dan Jawa-Klasik yang terbuat dari Glugu atau Kayu Kelapa. PADI WEB/Iqbal Fadillah/09-14. Foto dikutip dari: naililmunajepara.blogspot.com

Sumber : http://alampedia.blogspot.co.id/2014/09/rebana-alat-musik-tradisional-yang.html

0 komentar: